Ana Abduka Ya Rabb


Barangkali aku telah lupa bagaimana cara bersyukur kepadaMu, Ya Rabb.
Izinkan untuk kesekian kalinya aku merengkuh ruang penghambaan yang sudah berisi penuh dengan kealpaan. Untuk kesekian kalinya ku rengkuh sajadah dan mushaf yang tak lagi pernah dibilas oleh air mata. Air mata kesejukan yang mengalir dari oase pengampunan dan maghfirahMu. Acap kali ku lantunkan ayat-ayatMu hanya pada tepian waktu yang tersisa setelah aku teguk puas kehidupan dunia ini. Ku tuangkan kegelisahan pada gelas-gelas penantian do’a yang kini mulai retak hampir pecah. Tak sanggup lagi menjadi wadah kekafiranku yang berpadu dengan maksiat di sela-sela rakaat shalat. Sujud yang berwarna kepongahan meskipun ku cium tanahMu sejajar telapak kakiku. Bahkan, sudah berapa subuh kutinggalkan hanya untuk memuaskan lelap mimpiku. Seharusnya aku sadar bahwa malamMu adalah saat memanjakan qalbu ku dengan munajat. Biar bicara bisu hati ku pada gelap malam.

Izinkan aku menangis lagi dihadapanMu ya Rabb. Menyesali langkahku yang seringkali tak memenuhi ridhaMu.

Ilahi, anugerahilah aku kepasrahan total kepadaMu, dan sinarilah mata hatiku dengan pancaran penglihatan kepadaMu, hingga mata hati itu menguak segalanya yang menutupi mata hati itu dan mencapai sumber kegunganMu. Agar aku lebih mengenal Engkau.

-untuk kesekian kalinya-
(230208)

2 komentar:

Anonymous said...

semoga ke depan kita bisa belajar rendah hati di hadapan-Nya.
tulisan yg sangat kontemplatif.
keep writing!

Indra Fathiana said...

boleh sy copas gambarnya? insya allah ttp ditulis sumbernya. makasih :)